Aku tidak bisa melupakan lelaki itu. Bentakannya membuat duniaku goyah. Dia menyumbat otakku dengan Lumpur. Memenuhi hatiku dengan kotoran binatang. Menjejalkan tahi kambing kedalam mulutku.Bertahun-tahun aku melihat lelaki itu memakai sayap iblis dan aku? Aku juga memakai sayap iblis. Lelaki itu yang mengenakannya padaku. Sayap iblis yang hitam dan berat. Membuat remuk hari-hariku. lelaki itu juga selalu membacakan mantra kutukannya padaku. Membuat bugil tawaku dalam sejenak. Lelaki bersayap iblis itu bersanding dengan seorang bidadari yang bermahkota luka, bercincin derita. Tanpa tahu apa gunanya, Lelaki itu selalu mandi dari air mata sang bidadari . Aku ingin menjerit memaki, menyumpah. Tapi, aku sudah dikebiri oleh nasib Lagi pula bidadari itu sudah mengunting separuh sayap iblisku dengan gurauan cintanya.

Lelaki bersayap iblis itu membuatku tak mengenal ayahku. Membunuh ayahku menumbangkan pohon mimpi bidadari itu. Bahkan dia mampu merobek-robek langit, sehingga aku hanya bisa melihat bintang dari kubangan-kubangan lumpur yang menggenang. Aku tidak mengerti, kenapa Tuhan mengirim seorang bidadari untuk lelaki bersayap iblis itu? Lelaki yang telah membunuh ayahku.

“Ibu, Aku benci lelaki itu. Dia telah membunuh ayahku…” Bidadari itu mengusap Kepalaku dengan tangan yang penuh goresan luka.”Tetapi, dialah ayahmu..”

“Ibuku seorang bidadari, Aku pasti putra seorang Dewa…!!”Aku berteriak.

Waktu berlarian mencoba mencairkan semua yang membeku. Dimataku, lelaki bersayap iblis itu tak kunjung berubah menjadi dewa bahkan aku semakin ingat lekukan setiap sayap-sayapnya

“Sekali lagi aku telah dikebiri takdirku….”


--------------------------

maret 2006