Halaman

Search

09 April 2010

Rombongan Jamaah Al Karim bersama penghuni shelter Kotkiho

Al Karim mengunjungi shelter Kotkiho. 20 BMI yang sedang menungu penyelesaian masalah.


Ada suasana lain di shelter Kotkiho, Hong Kong, Minggu (4/4).Di tempat penampungan sejumlah buruh migran Indonesia (BMI) di HK yang sedang menunggu penyelesaian masalah tersebut, siang itu mendadak ramai, karena ada kunjungan silaturahim dari jamaah Al Karim, HK.  Terjalinlah komunikasi yang akrab dan bersahabat. Sejumlah BMI saling menanyakan kabar masing-masing dan perkembangan penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. 

“Kami sengaja datang ke sini untuk memberikan dukungan pada teman-teman yang berada di shelter ini, semoga masalah yang dihadapi segera ada penyelesaian, juga teman-teman segera mendapatkan majikan baru,” ujar Sri Mahmudah, salah satu anggota Al Karim.

Shelter adalah tempat penampungan sementara bagi buruh migran di Hong Kong yang sedang terkena masalah. Selama menunggu masalahnya diurus lembaga yang berwewenang, mereka menempati bangunan shelter dengan segala fasilitasnya, termasuk makan. Untuk operasional shelter dibiayai dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat, juga dukungan dari sejumlah BMI yang peduli, termasuk Jamaah Al Karim.

Menurut Sri Mahmudah, kedatangan jamaah Al Karim  ke Shelter Kotkiho juga untuk membantu teman-teman BMI yang sedang terkena masalah. Tak lupa mereka juga membawa oleh-oleh sembako. Selanjutnya di shelter mereka mengadakan acara yasinan. “Ya kami  saling mendoakan , semoga teman teman yang ada di shelter segera selesai masalahnya, dapat majikan baru dan bisa bekerja kembali dengan baik,’’ ujar Sri.

Kunjungan organisasi Al-Karim disambut ramah oleh beberapa teman teman di shelter, termasuk Purwanti, ketua Kotkiho. Purwanti tidak menyangka adanya kunjungan tersebut, terlebih dengan suasana akrab dan haru ini.

Menurut Purwanti, kini penghuni shelter tinggal 20 orang dari sebelumnya ada lebih dari 30 orang.  ‘’Yang berada diasrama sekarang tinggal 20 orang. Alhamdulillah masalah semakin sedikit dan sudah banyak yang terselesaikan,’’ ungkap Purwanti. Adapun sejumlam masalah yang dihadapi BMI yang kini menghuni shelter, antara lain sebagai berikut :

-          Riatin, BMI asal Pacitan. Yang tidak menerima gajinya sepeserpun selama 8 bulan, mengasuh 2 anak didaerah Central, tidak diberi libur, dan semua pintu dikunci dari luar, saat majikannya pergi ‘’Luihang’’, terus kabur.
-          Nuning , BMI asal Madiun. Yang bekerja dengan 3 rumah, gaji selama 1 bulan tidak dibayarkan oleh majikan dan diusir oleh majikannya.
-          Yolanda, BMI asal Nganjuk. Yolanda ini paling lama di shelter, hampir 1 tahun 1 bulan menunggu penyelesaian kasusnya. Kasus pemukulan yang dilakukan majikan kepada Yolanda.
-          Verawati, BMI asal Brebes. Yang bekerja selama 8 bulan, tidak pernah digaji sepeserpun.
-          Latifah, BMI asal Lampung. Yang dituduh mencuri, jam 12 malam diusir rumah majikan. Padahal Latifah tidak melakukan sama sekali, dan ini hanya jebakan majikannya yang menaruh uang dilaci kamarnya, sebesar HK$ 10.
-          Sinta, BMI asal Banyuwangi. Yang juga bekerja selama 4 bulan , tidak digaji dan tidak diberi libur. Padahal majikan Sinta ini profesinya bekerja sebagai polisi. (wah/uly)   Terpublikasi di Tabloid Memorandum-Surabaya # 143