Halaman

Search

03 Februari 2010

Cara TKI-Korea Bentengi Diri:Bentuk Kelompok Pengajian,Ciptakan Suasana Agamis ala Kampung Halaman




Korea Selatan merupakan salah satu negara di Asia yang menganut sistem kebebasan. Tidak ada satu norma agama yang menjadi standar dalam kehidupan, mereka bebas melakukan apa saja selama tidak merugikan orang lain. Kebebasan ini tercermin dalam bentuk kebijakan negara sehingga pemerintah memberikan kebebasan penuh kepada rakyatnya untuk memeluk agama atau bahkan tidak sama sekali. Kondisi ini otomatis berimbas pada tingkah laku keseharian, dimana masyarakat Korea Selatan lebih mengedepankan kesenangan yang bersifat lahiriah dan materialis daripada nilai hukum religius.“Pokoknya kalau kita tidak kuat iman, banyak godaan di Korea, Mbak,” ujar Ketua Pumita, Lilik Abdul Muhit kepada Memo, Minggu lalu.


Masih menurut Lilik, kemajuan pembangunan Korea Selatan tiap waktu, sungguh membuat iri dan itu patut untuk ditiru. Orang Korea memang suka kerja keras. Sayanya itu, tidak diimbangi dengan kemajuan dalam hal kebudayaan dan nilai-nilai hidup yang lebih baik. Pada kenyataannya nilai-nilai ini cenderung lebih condong untuk meniru (terpolarisasi) ke kebudayaan Barat yang liberal daripada mempertahankan identitas budaya Timurnya. Dalam banyak hal, mereka hampir sama persis dengan orang Barat, mulai dari budaya bergaul dengan lawan jenis, free sexs, sampai dengan bersenang-senang dan lupa waktu.

Kondisi yang jauh dari nilai-nilai agama ini (terutama agama Islam) ternyata sangat mempengaruhi perilaku para pekerja Indonesia yang kebanyakan beragama Islam. Ada sebagian dari mereka- jadi tidak seluruhnya- larut dalam gaya kehidupan masyarakat Korea. Salah satu contoh sederhana adalah kebiasaan minum minuman keras, mode pakaian yang menonjolkan aurat, memakai anting bagi pria sudah melanda masyarakat Indonesia di Korea. Kondisi ini apabila dibiarkan akan menjadi kebiasaan bahkan sampai kembali ke Indonesia nanti.

“Tapi kami bersyukur, tidak sedikit teman-teman di sini menyadari keadaan yang ada, sehingga tidak sampai larut, ikut-ikutan kehidupan orang orang Korea,” tambah Lilik dibenarkan teman-teman lainnya.

Keadaan ini tentu memprihatinkan karena mereka melakukannya dengan sadar atau tidak, telah merusak akhlak dan mental serta jasmani seorang warga Indonesia yang notabene muslim.

Kebiasaan hidup masyarakat Korea ini ternyata membuat trauma masyarakat Indonesia, terutama para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mempunyai komitmen agama yang kuat. Mereka berusaha untuk tidak larut dalam kehidupan bebas di Korea. Para TKI ini lantas membentuk kelompok kecil untuk mengukuhkan pendirian dan keimanan mereka.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pembinaan warga negara Indonesia/TKI yang hidup di perantauan. Beberapa daerah di kantong-kantong TKI, semisal Seoul, Busan, Daegu, Kwangju dan lain-lain berusaha membentuk organisasi dan melakukan kegiatan yang bertujuan untuk membentengi diri dari pengaruh budaya buruk tersebut. Beberapa organisasi tersebut diantaranya:

-Indonesian Muslim Society in Korea (IMUSKA)

-Al Amin, Daegu

-Kyungnam Muslim Community (KMC), Chang Won

-Ikatan Muslim Indonesia Daejeon (IMNIDA)

-Jama’ah Shirothol Mustaqim, Ansan

-Ikatan Keluarga Muslim Indonesia (IKMI), Seoul

-Persaudaraan Muslim Indonesia (PMI)

-Ikatan Keluarga Muslim Indonesia Korea (IKMIK)

-Paguyuban Tombo Ati

-Jama’ah Yasin, Jincheon

-Jama’ah Jum’at, Cheongju

-Persaudaraan Umat Muslim Indonesia Al Fatah (PUMITA),Busan

-PERMATA, Daegu

*PUMITA, Busan

PUMITA singkatan dari Persaudaraan Umat Muslim Indonesia Al Fatah dan sebagai salah satu organisasi warga negara Indonesia di Korea Selatan yang bernafaskan Islam yang berdomisili di Busan. Menurut Lilik, PUMITA berdiri pada tanggal 19 Agustus 2001. Hal yang mendasari berdirinya PUMITA ini adalah kerinduan akan nuansa islam selama tinggal dan hidup dinegeri orang. Tidak ada jumlah pasti anggota PUMITA karena anggota PUMITA adalah muslim Indonesia yang berada di ruang lingkup Mesjid Al-Fatah, Busan. Untuk pengurus PUMITA sendiri sekitar 50 orang yang membawahi berbagai bidang antara lain : Bidang Da’wah,Pendidikan dan Seni Budaya ,Litbag, Humas, Jasmani dan Kepemudaan,Media dan Informasi, Zakat/Infaq, Logistik dan Keputrian.

Kegiatan yang rutin diadakan oleh PUMITA antara lain Yasinan,pengajian,pembahasan fiqih dan olahraga bersama bahkan disetiap akhir minggu setelah sholat fardu diadakan kultum. Dan selama menjelang ramadhan PUMITA mengadakan pesantren kilat yang meliputi lomba qiro’atil qur’an, lomba adzan, lomba baca puisi, lomba pidato dan tadarus al qur’an.

Sebagai bukti kepedulian Organisasi PUMITA terhadap sesama PUMITA bekerja sama dengan PUMITA cabang Indonesia melakukan berbagai macam kegiatan, penggalangan dana untuk aksi social Gempa Jogja 2006, penyaluran zakat untuk wilayah jawa-sumatra, sunatan massal 2009 jogjakarta, bantuan gempa situ gintung serta bantuan untuk panti asuhan yatim piatu dan pembangunan masjid di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, dinamika perjalanan Pumita semakin semarak. Ini karena hadirnya dan bergabungnya para mahasiswa dari Indonesia. Keterlibatan para mahasiswa indonesia di Busan dan sekitarnya secara langsung membawa perubahan baik dari sisi semangat maupun isi dari organisasi Pumita. Materi-materi keorganisasian dan kewirausahaan mulai diperkenalkan dalam berbagai acara antara lain Pelatihan Teknologi Tepat Guna (PTTG) di bawah koordinasi devisi Litbang-Pumita. Materi ini mendapat sambutan positif dan hangat dari kalangan anggota Pumita, diharapakan pemberian materi kewirausahaan akan memunculkan ide dan semangat para TKI untuk mau memulai usaha mandiri setelah tibanya di kampung halaman.



*Jamaah Shirotol Mustaqim

Berdiri resmi pada tanggal 28 agustus 2004 di Shiwa Gongdan Siheung Korsel. Pendirinya terdiri dari 4 orang yaitu : Ali Mahmudi, Adieb Nursyamsu, Ustadz Roki dan Sukaji. Begitupun dengan Jamaah Shirotol Mustaqim ini untuk jumlah anggotanya tidak pasti karena terdiri dari Tenaga Kerja Indonesia , mahasiswa, dan warga Negara Indonesia yang mukim di Korsel.

Visi dan misi jamaah Shirotol Mustaqim adalah mempererat tali silaturahmi serta rasa persaudaraan sesama Muslim Indonesia pada khususnya, dan warga Negara Indonesia yang ada di Korea pada umunya. Menjaga kelangsungan dan keberadaan Shirotol Mustaqim di Korea agar tetap eksis dan berkesinambungan.

Menyelenggarakan tampat kegiatan keagamaan guna membentengi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Menjalankan dan mengembangkan Syariat Islam dengan benar di negeri korea.

Adapun kegiatan jamaah Shirotol Mustaqim antara lain: Kajian islam bersama ustadz dan mahasiswa setiap hari minggu jam 2 siang, pembacaan yasin bada maghrib setiap minggu malam senin, menfasilitasi acara pernikahan, melayani pengurusan paspor, pengiriman uang dan penjualan kartu telpon, belajar iqro, belajar baca al quran dasar setiap malam minggu dan sholat jumat bersama di mushola Shirotol Mustaqim, serta kegiatan olahraga di minggu pagi.

Sebagai wujud kepedulian Jamaah Shirotol Mustaqim terhadap sesama, organisasi ini pun melakukan penggalangan dana social untuk saudara saudara kita yang terkena musibah di Tanah Air, seperti gempa jogja, gempa situ gintung, gempa tasikmalaya dan Pakistan, juga penanganan social terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Korea yang bermasalah diantaranya, penanganan pembuatan paspor/SPLP bagi TKI yang illegal , membantu TKI yang tidak dibayar/digaji selama bekerja oleh perusahaan dimana TKI itu dipekerjakan, menangani TKI yang mengalami musibah saat bekerja dan pengurusan pemulangan/penggalangan dana bagi TKI yang meninggal dunia. Di mana semua itu Jamaah Shirotol Mustaqim bekerja sama dengan KBRI Korsel.(uly)


Terpublikasi di Tabloid MEMORANDUM-Surabaya #117