Halaman

Search

26 Januari 2010

TKW Taiwan : Meski Sakit Dipaksa Kerja dan Gaji Setahun Tidak Dibayar !




Kondisi yang paling ditakutkan bagi pekerja diperantauan adalah ketika jatuh sakit.Betapa tidak enaknya sakit saat jauh dari keluarga. Inilah cerita sedih BMI di Taiwan, Elisah Mansyur. Selain tidak dijamin asuransi, perantau asal Compreng, Subang, Jawa Barat ini juga mendapatkan majikan yang tidak beprikemanusiaan dan agen nakal . Selama bekerja nyaris gaji Elisah tidak dibayar. Berikut cerita duka Elisah.

Elisah diberangkatkan ke Taiwan oleh PJTKI Geraha Cipta Utama Jakarta pada pertengahan Februari 2008 lalu. Begitu sampai di bandara Taiwan, ia dijemput oleh agency dan anak majikan. Selang dua hari setelah tiba di Taiwan, ia sudah mulai bekerja menjaga orang jompo/lansia. Sayang, harapan Elisah untuk mendapatkan majikan yang baik sirna sudah. Orangjompo yang ia rawat ternyata kondisinya sangat memprihatinkan, ia dalam kondisi stres berat dan kerap bertindak agresif, memukul apa saja yang ada di dekatnya.

“Saya juga sering kena pukulannya. Setelah saya beritahukan ke agen, saya akhirnya dijemput dan memperkerjakan saya dimajikan baru. Yaitu, bekerja disebuah restoran sebagai pelayan dan tukang cuci piring. Saya awalnya senang, karena terbebas dari orang jompo yang stres,” ujar Elisah.

Nasib baik rupanya belum berpihak pada Elisah. Di tempat kerja baru, kondisinya tidak lebih baik. Meski tidak mendapat omelan majikan, namun jadwal kerjanya sangat berat. Ia bekerja tidak hanya pada satu majikan, namun dua majikan. Jam kerjanya mulai jam 05.00 pagi hingga jam 12.00 malam dengan istirahat hanya beberapa jam.

“Saya kerja dari jam 5 pagi sampai 2 siang, setelah itu saya istirahat. Kemudian jam 4 sore saya mulai bekerja lagi sampai jam 9 malam. Setelah itu saya disuruh membantu membersihkan restoran yg satunya lagi, dan setelah bersih saya disuruh bersih bersih rumah lagi. Jadi saya bekerja selesai sampai jam 12 malam dan begitu seterusnya,” ujarnya mengenang.

Meski dengan perasaan berat, Elisah tak berdaya. Ia harus tetap bekerja meski didera rasa capek yang tak habis-habisnya. Ia bersyukur tetap diberi kesehatan. Sayangnya itu tidak lama. Setelah hampir 8 bulan bekerja keras, cobaan datang.

Pada bulan Oktober, saat ia sedang mencuci piring, Elisah kena musibah. Entah karena badan didera capek, ia tak konsentrasi dan piring yang dicuci membentur pada benda keras dan pecah. Parahnya, pecahan piring itu mengenai tangan dan mengalami luka sayatan yg parah dan lebar. Kebetulan saat itu tidak ada majikannya di rumah. Dengan dibantu teman yg sama sama bekerja ditempat itu, Elisah kemudian diantar kerumahsakit. Luka di tanganya harus dijahit. Ia langsung diperbolehkan pulang dan tidak perlu rawat inap.

Lagi-lagi Elisah harus mendapati kenyataan pahit. Sesampai di rumah, ia tetap diharuskan bekerja dan tidak boleh istirahat. “Majikan tidak memperbolehkan saya untuk istirahat. Saya disuruh bekerja seperti biasanya. Sambil menahan rasa sakit yg menyelesaikan pekerjaan saya dan begitu seterusnya,” ujarnya.

Bisa dibayangkan bila tubuh sakit dan terus dipaksakan bekerja. Kondisi Elisah akhirnya drop. Pada Januari 2009, saat sedang bekerja, tiba tiba Elisah merasa lemas, dan kemudian jatuh tak sadarkan diri alias pingsan. Dengan dibantu teman yang bernama Rustini, mereka berdua kerumah sakit keesokan harinya. 

“Setelah diperiksa oleh dokter, dan dokter mengatakan saya kecapekkan dan mengidap penyakit infeksi lambung kencing. Setelah saya pulang dari rumahsakit, saya langsung dijemput oleh agency, oleh agency saya terus dibawah kerumahnya dan saya juga menginap 3 hari dirumah agency. Waktu itu saya tidak tahu jika saya saat itu akan dipulangkan ke Indonesia oleh agency, jika tidak diberitau oleh teman yg jg ada disitu,” ujar Elisah.
Mengetahui akan segera dipulangkan ke Indonesia membuat Elisah makin bingung. Pasalnya saat itu ia tidak pegang uang sama sekali. Gaji bulanan selama bekerja hampir 1 tahun tidak diberikan oleh majikan. Didorong rasa bingung, ia akhirnya mengambil keputusan nekad, kabur dari rumah agency dan ingin lapor polisi setempat.


“Saya senang, karena polisi mau membantu menyelesaikan masalah saya. Hari itu juga polisi memanggil majikan dan agency saya dan didepan polisi, majikan saya berjanji mau menyanggupi membayar tabungan dan uang pajak sebesar 30.000 NTD. Begitu saya keluar dari kantor polisi bersama majikan dan agency. lagi lagi majikanku berjanji dan berkata setibaku nanti dikampung halaman uang tabungan dan uang pajak yg sebesar 30.000 NTD akan bisa langsung diambil Bank Mandiri. Begitu juga dengan uang pajak dua bulan sebesar 6000 NTD,” jelas Elisah.

Kesokanharinya, Elisah saya dipulangkan ke Indonesia, diantar ke bandara Taiwan bersama agency. Dalam perjalanan pulang, ia sempat transit di bandara Hong Kong. Kemudian berangkat lagi menuju Indonesia menggunakan pesawat China Air Line.
Setiba di Tanah Air, Elisa seperti tak sabar untuk bisa segera melihat hasil jerih payah selama hampir setahun di Taiwan. Kesokkan harinya, ia pergi ke Jakarta untuk mengecek/menanyakan kepada petugas Bank Mandiri. Begitu kagetnya Elisa, karena janji majikannya bohong belaka. “ Begitu dicek oleh petugas bank mandiri melalui komputer, ternyata tidak ada pengiriman alias kosong,” ujarnya.

Tidak hanya sekali Elisah menanyakan kabar pengiriman uang itu ke Bank Mandiri di Jakarta. Majikannya ternyata bohong. Ia lantas mengadukan masalah yang dihadapi ke pihak PJTKI, PT Geraha Cipta Utama. Lagi-lagi, kenyataan pahit diterima Elisah. Jangankan mendapatkan perlakuan baik, sekedar janji pun tidak ada. Elisah yang datang ditemai Bapaknya malah ditelantarkan pihak PT. Pernah satu saat, ia dan bapaknya menunggu untuk bisa bertemu pimpinan PT dari pagi buta hingga Maghrib namun tidak tidak ada tanggapan sama sekali. “Padahal saya dan bapak cuma meminta pertanggungjawaban dari pihak pt akan hak hak saya, selama bekerja saya tidak diberi gaji, tabungan juga pajak saya. Saya tidak tahu harus mengadu kemana lagi,” ujarnya memelas. (uly)


Telah Terpublikasi di Tabloid Memorandum-Surabaya