Halaman

Search

23 Januari 2010

Balada TKW HongKong : Kebablasan Pacaran Dengan Lelaki Pakistan, Hamil 4 Bulan, Dipecat Majikan !




Seorang Gadis, sebut saja Bunga tengah termenung meratapi nasib di sebuah bangku di ruang tunggu sore itu. Matanya sembab, rambutnya kusut, dan hanya menjawab sekenanya ketika ditanya. Bawaannya tak seperti teman-temannya yang lain. Dia hanya pulang dengan membawa sebuah tas tangan kecil dan sebuah tas yang sepertinya berisi pakaian. Kecil juga.

Hari ini Bunga, yang bekerja sebagai TKW ‘terpaksa’ dipulangkan ke tanah airnya oleh sang majikan lantaran telah hamil 4 bulan,


yang artinya dia telah melanggar kesepakatan bersama sewaktu baru mulai bekerja. Sekitar setahun yang lalu, Bunga yang baru datang di Hongkong berkenalan dengan seorang pria asal Pakistan. Begitu simpatik, penuh perhatian dan pandai mengumbar berjuta kata pujian. Bungapun, yang merasa sendiri, jauh dari keluarga, butuh hiburan dan haus kasih sayang di negeri orang terhanyut, terbawa ke dalam buaian manis si Pakistan itu. Merekapun, saling mengumbar cinta, dari mulut hingga berakhir di sebuah guest room di suatu hari libur. Merasa nyaman dengan si Pakistan, Bungapun tak lagi memperdulikan bagaimana menjaga sesuatu yang harus dijaga.


Namun sekitar sebulan setelahnya, si Pakistan nan simpatik dan penuh perhatian tiba-tiba menghilang entah kemana. Jangankan menemui, ketika dihubungipun tak seperti biasanya, mendadak handphone nya tak aktif. Hari berganti minggu… dan seperti mendapat durian runtuh, di suatu malam, tiba-tiba ponsel Bunga berdering. Dari si Pakistan !

Alih-alih mengumbar kata cinta dan sayang setelah sekian lama tak bertemu, si Pakistanpun bercerita kalau dia sedang dalam kesulitan. Menurutnya, Ibunya sakit, dan usahanya barusan pailit. Adiknya ditahan polisi gara-gara difitnah. Itulah alasan kenapa dia tak menghubungi Bunga beberapa hari ini. Bungapun jatuh iba, bagaimana mungkin orang yang dia sayangi dengan tulus sedang dalam kesulitan sementara dia duduk manis berdiam diri? Lalu, ketika si Pakistan meminta Bunga agar dia meminjami sejumlah uang dan perhiasan yang dia kenakan dari desa, tanpa ragu Bungapun menyetujui. Sejumlah uang yang mestinya dia kumpulkan untuk bekal pulang kampung dengan mudahnya melayang ke tangan si Pakistan, juga perhiasan pemberian orang tuanya di kampung ikut berpindah tangan. Demi cintanya kepada si Pakistan.

Si Pakistan berlalu meninggalkan Bunga yang terus menatap penuh harap. Berharap hari minggu berikutnya mereka kembali bertemu dan berbagi rindu. Namun minggu berganti minggu si Pakistan tetap membiarkan Bunga menunggu. Tak satupun nomer ponsel yang bisa dihubungi dan ketika Bunga memberanikan diri mendatangi alamat yang diberikan si Pakistan, Bunga mendapati kenyataan yang amat sangat membuatnya terpukul. Ternyata si Pakistan sudah hampir dua tahun tidak tinggal di situ dan mendengar cerita Bunga, semua orang di apartemen itu hanya tergelak dan mengatakan kalau itu memang “job” nya si Pakistan. Menipu para TKW baru dengan kedok cinta dan membawa tidak hanya kehormatan mereka, tapi juga sejumlah uang hasil jerih payah bekerja sebagai TKW.

Kini Bunga hanya dapat menyesali semua, mengutuki diri habis-habisan, meraung dan menangisi segala yang telah hilang dari dirinya serta… bayi yang kini berada dalam kandungannya. Bungapun linglung, putus asa dan tak berdaya. Sang majikan, yang akhirnya mengetahui dirinya hamil serta merta lapor ke agen penyalur yang akhirnya memutuskan kontrak kerja. Tanpa pesangon. Dan Bunga pun harus pulang tanpa membawa kebanggaan.


Entah bagaimana Bunga harus berkata pada orang tua yang tengah menanti dengan cemas di desa, entah bagaimana Bunga harus membesarkan jabang bayi yang ada di perutnya… Sungguh, saya berharap ini hanya cerita fiksi rekaan saya, tapi bukan… seorang TKW, teman Bunga yang menceritakan ini pada saya, di ruang tunggu bandara di Hong Kong, di samping Bunga yang tengah layu…