Halaman

Search

03 Desember 2009

Suka Dukanya Merawat Kungkung(kakek) ''Hansap'', Bila Didapur Sendirian Kerap Dipameri '''Senjata''






Bekerja sebagai pekerja migrant di negeri orang, tak terkecuali di HK banyak cerita suka dan dukanya. Beruntung bagi BMI yang mendapatkan majikan yang baik hati, tidak suka marah, gajian tepat waktu maupun hak-hak libur dipenuhi. Namun tidak sedikit pula BMI yang mendapatkan majikan yang jahat, tidak berprikemanusiaan. Selain galak, tidak pula memberi gaji maupun hak libur.

Kisah Atik (29th) asal Kediri, Jawa Timur adalah contoh betapa susahnya seorang buruh migran menghadapi majikan yang tidak baik. Bukan karena majikannya suka marah atau tidak tepat memberikan gaji, tapi ia mendapatkan majikan hansap alias genit dan jorok. Memang tidak sampai memperlakukan dia tidak senonoh, namun kebiasaan jorok kungkung (kakek) yang dirawatnya cukup membuat risih, jijik dan  tidak nyaman bekerja. 




Atik yang bekerja baru setahun di keluarga di daerah Central ini mengaku bingung, sedih menghadapi sikap majikan laki laki yang dirawatnya. Atik sendiri menilai apa yang dialami sebagai masalah yang cukup ‘’aneh’'.

‘’Saya baru setahun Mbak, saya dirumah cuma bertiga ada bobo(nenek) dan kungkung (kakek), mereka semuanya sehat. Jadi tugas saya hanya membersihkan rumah, belanja dan memasak buat mereka. Ya kadang seminggu sekali kerumah anaknya nenek itu untuk bersih-bersih rumah juga menyetrika pakaian. Buat saya nggak ada masalah, lah wong anaknya sangat baik sama saya,kalau sudah kelar tugas saya, saya sering dikasih HK$ 200 ama uang naik bis, khan lumayan mbak, ujar Atik kepada Memo beberapa waktu lalu.

     Saat awal bekerja, Atik merasakan semuanya berjalan wajar dan tidak ada yang aneh. Dia telah membayangkan bagaimana kerja ikut orang, yang penting gajian lancar dan soal pekerjaan sehari-hari tidak ada yang memberatkan. Dimana pun bekerja tentu ada suka duka dan resiko masing-masing. Namun dalam perjalanan waktu, Atik mulai merasakan ada yang aneh dari pekerjaan yang dia jalani, terutama dari kakek yang dia rawat.

      Kalau bobo (nenek) nggak banyak omong, nggak rewel. Justru yang bikin masalah dan sangat rewel itu adalah kungkung(kakek). Ada ada saja permintaannya,dan ada saja yang selalu diributkan. Kakek itu khan umurnya 80, dia itu masih kuat dan sehat, juga nggak ada penyakit. Tapi jangan tanya manjanya minta ampun dan kakek itu sangat hansap (genit dan jorok). Kerap saya digoda sama dia, kalau nenek lagi tidur, dia sering bolak-balik masuk kedapur, alasan ambil air minumlah, ambil sendoklah. Dan yang sangat menjengkelkan hati, kalau kakek itu masuk kedapur, maaf ya mbak, anunya alias senjatanya itu sering dipegang dan ditunjukkan kearah saya,’’ ungkap Atik sambil menahan tawa.

Masih menurut Atik, kelakuan kakek itu hanya sebatas ‘’peragaan’’ ataupun negosiasi belum sampai pada tindakan. Awal pertama masuk dan bekerja sebelumnya Atik sudah diberitau sama nenek, jika nanti bekerja didalam rumah begitu juga tidur malam hari, nenek menyuruh Atik menggunakan pakaian yang panjang panjang. Tadinya Atik tidak mengerti, namun setelah beberapa bulan akhirnya ia tahu kalau salah satu majikannya yaitu kungkungpunya ‘’kelainan’’.

‘’Awal nya saya takut, melihat kakek itu, selalu melirik, main mata sama saya. Tapi nenek bilang ‘’Cung yau ngo,lei emsai keng (ada saya,kamu nggak usah takut) begitu kata nenek. Terus nenek bilang, kalau kakek kurangajar disuruh laporin. Sering kalau saya didapur tiba tiba kakek itu tahu tahu sudah di belakang saya, memegang pundak, kadang tangan saya. Setiap saya laporin ke nenek, ujung ujungnya juga nenek ama kakek sering bertengkar. Kakek selalu bohong! Dia bilang katanya aku yang mendahuluinya, aku yang menggodanya. Padahal amit amit mbak, lihat orangnya saja Seik m lok a ‘’ (nggak ada nafsu makan). Kalau kakek itu mandi sering manggil mangil, nyuruh ambil bajulah, ambil celanalah, padahal alasan dia itu. Begitu aku antar baju dan handuknya, tau nggak mbak, ‘’anu’’nya itu sering diperlihatkan saya. Ampun deh mbak, tambah Atik.

Kebiasaan buruk kakek memang tidak lepas kesehariannya yang memang tidak jauh-jauh dari urusan pornografi. Kalau malam hari, nenek sudah tidur, kakek itu tidurnya pasti larut, kerjaannya nonton film BF. Belum lagi volume VCD dibuat keras sekali. Anak anaknya sebenarnya sudah sering menasehati, begitu juga dengan nenek, namun semua omongan tidak dipedulikannya. Bahkan dari nasehat nenek, malah berujung pada pertengkaran.  

Kakek memang keras kepala, nggak mau dibilangin, pernah dibawah kerumah sakit untuk terapi, tapi dia kabur. Makanya sekarang dibiarin maunya dia apa. Kakek itu punya kelainan mbak. Dia juga sering ngekoleksi gambar porno yang ada di koran. Sebenarnya nggak betah, tapi ya itu aku lihat nenek ama anak anaknya yang lain pada baik sama aku, makanya ta kuat-kuatin, kakek juga sampai sekarang masih seperti itu, ta biarin aja, awalnya aku takut, tapi sekarang sudah berani, kalau dia macem macem  tak pendelii’’ (dipelototi), kadang masuk dapur, aku pegang garpu, ta takut takutin itu kakek,akhirnya dia keluar lagi,’’ ungkap Atik sambil geleng geleng kepala, yang tidak habis mengerti dengan ‘’penyakit’’ kakek yang dirawatnya itu.(uly)

*Terpublikasi di Tabloid Memorandum Surabaya #24