Harapan membahagiakan orang tua dan keluarga dirumah, kini berubah seketika dengan berjalannya waktu yang menurutnya sangat kejam terhadap dirinya. Perempuan berumur 27 tahun ini bernama Tina, wajahnya kusut dan hanya bisa menerawang jauh, andai waktu bisa diulang kembali, Tina tidak akan pernah menerima diperlakukan layaknya sebagai karena saksak tinju.
Mempunyai majikan yang temperamental sangatlah menakutkan hati buruhmigran asal Cilacap tersebut. Tina sering dipukul dan ditonjok kepalanya jika melakukan kesalahan sedikit saja. Pernah disaat Tina disuruh majikan untuk memasak, disaat menghidangkan masakan tersebut majikan langsung marah luar biasa. Karena rasa masakannya tidak sesuai dengan selera sang majikan, langsung saja majikan menonjok kapala pembantunya itu dengan keras, karuan saja Tina terhuyung menahan sakit. Tidak jarang jerit kesakitan keluar dari mulut Tina disaat siksaan mendarat ditubuhnya, mulai dari kepala, pelipis dan bahunya jadi sasaran empuk majikan.
Penganiayaan terus menerus mendera Tina, badan Tina yang semula padat berisi menjadi kurus kering setelah menjadi sasaran pemukulan dhai-dhai dan sinsang (nyonya dan tuan majikan). Gaji yang diharapkan pun tak kunjung ditangan, setiap bulan Tina tidak mendapatkan hak yang semestinya ia dapatkan. Jerit kesakitan yang kerap keluar dari mulut buruh migran tersebut, ternyata terdengar pula oleh salah satu tetangganya yang kebetulan rumahnya bersebelahan.
Penganiayaan terhadap Tina rupanya telah lama didengar bahkan secara sembunyi-sembunyi dilihat oleh tetangga sebelah rumah majikan Tina yang berwarga negara asing(bule). Hati seorang bule yang juga mempunyai pembantu Philipina tersebut terggugah, setiap mendengar keributan selalu diintipnya dari celah jendela yang sedikit terbuka. Pemukulan yang dilakukanoleh majikan Tina rupanya membuat hati bule tersebut geram dan bertekad melaporkan kejadian tersebut pada pihak berwajib.
Dan rupanya gayungpun bersambut, disaat Tina disuruh majikan mencuci mobil ditempat parkir, si bule membuntuti Tina dan mengutarakan maksudnya untuk membantu buruh migran yang teraniaya tersebut. Bule yang baik hati tersebut memberikan secarik kertas yang ternyata alamat sebuah tempat penampungan BMI bermasalah yaitu Shelter Kotkiho. Tina yang semula ragu dengan niat baik si Bule, akhirnya mengiyakan saja saat si bule mengantarkan Tina ketempat penampungan yang terletak di Yaumatei tersebut.
Disinggung upaya apa yang telah dilakukan KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) terhadap permasalahan BMI yang akhir-akhir ini sering terjadi, Sumiati menjawab enteng, "Katanya sih, KJRI mau meng-skors para agen yang tidak menuruti hukum dan aturan, dan katanya lagi KJRI akan bertindak tegas atas kasus penganiayaan yang terjadi diantara BMI, tapi ya kita lihat saja bagaimana hasilnya nanti. Kami tidak akan tinggal diam dengan peristiwa ini, kami harus berjuang demi keadilan, perjuangan untuk para buruh yang sudah dianggap budak oleh para majikan!" Ucapan Sumiati yang tegas dan penuh tanggung jawab disambut tepuk tangan oleh para kawan BMI penghuni shelter Kotkiho.
Sebagai catatan, saat ini penghuni shelter berjumlah 35 orang dan semuanya adalah BMI yang bermasalah. Jumlah BMI bermasalah tersebut diatas mengalami bermacam-macam kasus diantaranya, 8 orang kabur dari rumah majikan, korban penganiayaan ada 9 orang, 10 orang mengalami kasus underpayment (gaji dibawah standar), 3 orang di interminit (diputus kontrak kerja) tanpa pesangon, 2 orang dituduh mencuri dan tidak digaji selama 2 tahun berjumlah 3 orang. (Adp)
(Terpublikasi di Tabloid Memorandum-Surabaya #123)