Halaman

Search

22 November 2009

BMI Disekap dan Disiksa : Ditolong Bule Melarikan Diri


Masih cerita sedih dari buruh migran Indonesia yang mengais rejeki di negeri tirai bambu, dimana seorang buruh migran berasal dari Cilacap Jawa Tengah pernah menguntai mimpi untuk meraup dolar untuk merubah ekonomi keluarganya. Bayangan segepok dolar berada ditangan dan mendapat gaji setiap bulan, hanyalah mimpi yang tak berujung. 


Harapan membahagiakan orang tua dan keluarga dirumah, kini berubah seketika dengan berjalannya waktu yang menurutnya sangat kejam terhadap dirinya. Perempuan berumur 27 tahun ini bernama Tina, wajahnya kusut dan hanya bisa menerawang jauh, andai waktu bisa diulang kembali, Tina tidak akan pernah menerima diperlakukan layaknya sebagai karena saksak tinju.


 Mempunyai majikan yang temperamental sangatlah menakutkan hati buruhmigran asal Cilacap tersebut. Tina sering dipukul dan ditonjok kepalanya jika melakukan kesalahan sedikit saja. Pernah disaat Tina disuruh majikan untuk memasak, disaat menghidangkan masakan tersebut majikan langsung marah luar biasa. Karena rasa masakannya tidak sesuai dengan selera sang majikan, langsung saja majikan menonjok kapala pembantunya itu dengan keras, karuan saja Tina terhuyung menahan sakit. Tidak jarang jerit kesakitan keluar dari mulut Tina disaat siksaan mendarat ditubuhnya, mulai dari kepala, pelipis dan bahunya jadi sasaran empuk majikan.

Penganiayaan terus menerus mendera Tina, badan Tina yang semula padat berisi menjadi kurus kering setelah menjadi sasaran pemukulan dhai-dhai dan sinsang (nyonya dan tuan majikan). Gaji yang diharapkan pun tak kunjung ditangan, setiap bulan Tina tidak mendapatkan hak yang semestinya ia dapatkan. Jerit kesakitan yang kerap keluar dari mulut buruh migran tersebut, ternyata terdengar pula oleh salah satu tetangganya yang kebetulan rumahnya bersebelahan.
 
Penganiayaan terhadap Tina rupanya telah lama didengar bahkan secara sembunyi-sembunyi dilihat oleh tetangga sebelah rumah majikan Tina yang berwarga negara asing(bule). Hati seorang bule yang juga mempunyai pembantu Philipina tersebut terggugah, setiap mendengar keributan selalu diintipnya dari celah jendela yang sedikit terbuka. Pemukulan yang dilakukanoleh majikan Tina rupanya membuat hati bule tersebut geram dan bertekad melaporkan kejadian tersebut pada pihak berwajib.

Dan rupanya gayungpun bersambut, disaat Tina disuruh majikan mencuci mobil ditempat parkir, si bule membuntuti Tina dan mengutarakan maksudnya untuk membantu buruh migran yang teraniaya tersebut. Bule yang baik hati tersebut memberikan secarik kertas yang ternyata alamat sebuah tempat penampungan BMI bermasalah yaitu Shelter Kotkiho. Tina yang semula ragu dengan niat baik si Bule, akhirnya mengiyakan saja saat  si bule mengantarkan Tina ketempat penampungan yang terletak di Yaumatei tersebut.
Berbekal baju yang melekat dibadan, Tina akhirnya melarikan diri diantar si bule yang ternyata sebelumnya sudah menghubungi ketua shelter Sumiati. Lewat tengah malam tepatnya pukul 01.30 Tina tiba dipenampungan dan berbaur dengan beberapa kawan BMI yang juga bermasalah dengan majikan. Tina juga menceritakan pengalamannya kenapa dia sampai dianiaya hingga pernah disekap selama delapan hari dikunci didalam rumah disaat majikan keluar kota. Selama delapan hari Tina terkunci rapat didalam rumah dan makan apa saja yang bisa dimakan. "Ada mie godok ya saya makan, apa saja yang ada dan bisa saya makan ya saya lahap, saya lapar banget. Sedangkan pintu dikunci dari luar, kalau ada kebakaran apa saya tidak terbakar hangus didalam rumah? Ya Allah..., terima kasih atas karuniaMu, sekarang saya sudah lega dan tinggal nunggu proses dan keadilan semoga berpihak pada saya", ucap Tina disaat menceritakan pengalamannya.  

 Disinggung upaya apa yang telah dilakukan KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) terhadap permasalahan BMI yang akhir-akhir ini sering terjadi, Sumiati menjawab enteng, "Katanya sih, KJRI mau meng-skors para agen yang tidak menuruti hukum dan aturan, dan katanya lagi KJRI akan bertindak tegas atas kasus penganiayaan yang terjadi diantara BMI, tapi ya kita lihat saja bagaimana hasilnya nanti. Kami tidak akan tinggal diam dengan peristiwa ini, kami harus berjuang demi keadilan, perjuangan untuk para buruh yang sudah dianggap budak oleh para majikan!"  Ucapan Sumiati yang tegas dan penuh tanggung jawab disambut tepuk tangan oleh para kawan BMI penghuni shelter Kotkiho.

Sebagai catatan, saat ini penghuni shelter berjumlah 35 orang dan semuanya adalah BMI yang bermasalah. Jumlah BMI bermasalah tersebut diatas mengalami bermacam-macam kasus diantaranya, 8 orang kabur dari rumah majikan, korban penganiayaan ada 9 orang, 10 orang mengalami kasus underpayment (gaji dibawah standar), 3 orang di interminit (diputus kontrak kerja) tanpa pesangon, 2 orang dituduh mencuri dan tidak digaji selama 2 tahun berjumlah 3 orang. (Adp)
(Terpublikasi di Tabloid Memorandum-Surabaya #123)