Halaman

Search

26 November 2009

Mantan TKW- Hongkong yang Berprestasi


Subi dan Ani adalah dua mantan tenaga kerja wanita di Hong Kong. Keduanya berpenghasilan lumayan, tapi masing-masing memilih cara sendiri untuk menggunakan uang yang didapat. Sekembali dari Hong Kong, Subi membeli rumah, sawah, sepeda motor, dan lain lainnya. Subi kemudian menemukan jodoh, menikah, dan memiliki anak. Sejak itu harta bendanya mulai dijual satu demi satu untuk menanggung biaya hidup keluarga.

Berbeda dari Subi, Acik menggunakan uang yang diterima selama bekerja di Hong Kong untuk biaya melanjutkan sekolah yang sempat terputus ketika bekerja dulu. Saat ini Acik menjadi guru sekolah dasar di kotanya.

Itulah ringkasan cerita film dokumenter berjudul Helper Hong Kong Ngampus. Film ini menjadi satu dari lima finalis dalam kompetisi film dokumenter untuk pemula 'Eagle Awards 2007', yang diselenggarakan setiap tahun sejak 2005 oleh stasiun televisi Metro TV.


Pengalaman Pribadi
Jalan cerita Helper Hong Kong Ngampus tidaklah jauh berbeda dari kehidupan Ani, demikian panggilan Ani Ema Susanti, sutradara film yang adalah mahasiswi Fakultas Psikologi  Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dan sekaligus mantan TKW di Hong Kong.

Perempuan muda yang ramah ini menceritakan bahwa ide dasar dari film tersebut adalah pengalaman pribadinya sebagai pembantu di Hong Kong. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, juga melanda keluarga Ani. Usaha ayahnya bangkrut dan ayahnya jatuh sakit. Tahun 2000 sesudah lulus SMA, Ani sempat bekerja di Surabaya. Gara-gara demo, ia dirumahkan. Penantian akan pekerjaan yang tak kunjung tiba membuat Ani memutuskan untuk pergi ke Hong Kong menjadi pembantu rumah tangga.

Niat dan Tekad
Hasil kerja Ani selama dua tahun separuh diberikan kepada orang tua untuk biaya hidup sehari-hari dan separuhnya lagi di simpan untuk meneruskan kuliah. Ani hanya menyisakan seperlunya saja untuk kebutuhan pribadi selama di Hong Kong. Tantangan utama bagi Ani untuk sekolah kembali sesudah bekerja adalah mempertahankan niat dan tekad yang bulat. 'Karena di Hong Kong itu gajinya lumayan besar. Kalau udah 2 tahun pinginnya nambah apalagi bos baik sekali', demikian Ani.

Untuk memupuk niat yang berkesinambungan itu, Ani terus berhubungan dengan teman-temannya semasa SMA melalui email. 'Kalau tidak di mulai sekarang kapan lagi. Nanti terlalu lama di Hong Kong sudah malas untuk kuliah kembali', kata Ani.

TKW Hendaknya Miliki Visi
Dengan film ini, Ani ingin menyampaikan pesan agar para TKW memiliki visi untuk investasi hasil kerja mereka. 'Jangan sampai mereka sudah susah payah bekerja di luar negri, tapi pulang uang sudah habis dan akhirnya balik lagi menjadi pembantu'.  Tambahnya 'bagaimanapun masa depan kita ada di Indonesia'.

Tanggal 27 Oktober 2007  sudah diselenggarakan malam anugerah Eagle Awards. Meskipun film dokumenter Helper Hong Kong Ngampus tidak terpilih sebagai film terbaik, tapi prestasi dan kebulatan tekad gadis Jombang ini patut diacungi ibu jari.

By : Juliani Wahjana