Adakah didunia ini derita yang lebih menyakitkan ? dibanding kehilangan cinta ? sungguh tidak bisa untuk diuraikan deritanya. Sedemikian rupa terluka, sedih, kecewa dan apalah namanya…..sulit untuk digambarkan.Selengkapnya...
Namaku Aziz, aku anak tunggal, dimasa masa saat aku sekolah, ya…aku harus menanggung derita yang berkepanjangan, cobaan yang begitu berat yang diberikan Yang Maha Kuasa, keduaorangtuaku meninggal dalam waktu seketika dan bersamaan. Tentu masih ingat dengan peristiwa jatuhnya pesawat Adam Air, yang sampai sekarang masih diliputi teka teki dan misteri, karena tidak ditemukan keberadaan pesawat tersebut, dan para penumpang pun ikut raib, diantara para penumpang, orangtuaku termasuk didalamnya.
Orangtua bagiku adalah muara, tempat aku berteduh, belajar, bertanya banyak hal, diusaiku yang kala itu masih labil, yang masih sangat membutuhkan kehadiran, perhatian, kasih sayang dari keduaorangtua, benar benar membuat jiwaku terguncang, langkahku gontai dan aku sudah tidak punya harapan untuk hidup lagi. Aku masih belum bisa menerima kepergian keduaorangtuaku. Terlebih menerima takdirku sebagai anak yatim piatu ! sebatang kara. Begitu cepat Kau panggil keduaorangtuaku ya Allah, tinggal aku sendirian. Dunia rasanya gelap, tidak ada semangat untuk hidup. Untuk apa ??.
Saudara, orang orang disekitar ku mencoba untuk menghiburku, menasehati dengan kata kata yang bijak, tapi, aku masih belum terima dengan tiadanya keduaorangtuaku. Beberapa hari lamanya aku tidak keluar dari rumah. Aku mengurung diriku, dan menutup diri dari orang orang. Aku larut dalam kesedihan, kumeratapi kepergian orangtuaku. Masih belum percaya dengan apa yang kualami. Tinggallah ku seorang diri.-
Ya..walaupun aku seorang laki laki tapi, aku begitu dekat sekali dengan Ibu, setiap berangkat-pulang sekolah Ibu selalu kupeluk, apa yang dikatakan Ibu tak pernah aku membantah, sampai sampai aku dapat julukan ‘’anak mami’’ dari teman teman sekolahku. Untuk acara disekolah pun semisal, pengambilan raport atau rapat orangtua siswa, Ibu yang selalu hadir. Dengan Bapak pun cukup akrab tapi tidak sedekat aku dengan Ibu. Ya aku maklum, Bapak kalau ketemu aku keadaannya sudah lelah, karena bekerja dari pagi pulang malam.
Entah apa yang akan kulakukan, sejak aku ditinggal keduaorangtua, aku lebih banyak berdiam diri, terlebih lebih menutup diri, sekolah ku pun tidak karu karuan waktu itu, aku banyak absent tidak masuk kelas. Waktu ku, hariku lebih banyak kuisi dengan melamun..melamun dan melamun. Sudah tidak ada gairah. Tidak melakukan aktivitas, hanya mengurung diri dikamar. Keadaan ini rupanya membuat teman teman sekolah ku prihatin dengan diriku. Mereka datang kerumah, teman satu kelas ramai ramai dan wali kelasku. Kedatangan mereka tidak membuat perubahan apa apa pada diriku, aku pun menyambut kedatangan mereka dengan segala kepura puraan, ya..termasuk senyum palsu yang aku buat, rasa nya berat ! mereka enak saja berkata ‘’yang sabar, yang kuat, yang tegar’’, mereka bisa ngomong begitu karena mereka masih punya keduaorangtua. Sedang aku ?? benar benar rapuh ! rasanya baru kemarin. Aku masih bersama keduaorangtuaku, rasa nya baru kemarin aku memeluk Ibu.
Diantara teman sekolahku ada teman perempuan, namanya Rina, rumah kami berdekatan, Rina tiada hentinya menjengukku, sebelum berangkat sekolah, sepulang sekolah bahkan malam hari. Rina juga tiada jemu menemaniku, mengajakku ngobrol, dengan lelucon kecil kecilnya. Tapi, toh keadaan ku tidak ada yang berubah. Kubalas sikap Rina dengan sikap yang dingin dan cuek. kadang kutinggal dia seorang diri diruang tamu. Jangankan Rina, pakde dan budhe yang sama sama tinggal dengan ku saja tidak pernah aku ajak ngobrol.
Ternyata aku salah, Rina semakin hari semakin memperhatikanku, dia rajin menulis kan pelajaran pelajaran hari ini disekolah, semuanya ditulis rapi dibukuku , dia lakukan itu, biar aku tidak ketinggalan mata pelajaran.. Bahkan dia juga bercerita tentang kelakuan teman kami si Bendot yang paling lucu disekolah. Tetap saja aku masih tidak bisa tertawa, justru pakde dan budhe yang tidak tahu siapa bendot, malah tertawa terpingkal pingkal mendengar cerita si Rina.
Bagi pakde dan budhe, Rina sudah dianggap seperti keluarga sendiri, makanya tak heran Rina bebas keluar masuk rumah, bahkan dia pun sudah berani masuk kedalam kamarku, disaat aku sedang mandi, atau tidak ada ditempat. Rina memeriksa kamarku, tak jarang dia pun membereskan buku buku yang berserakkan dimeja belajar. Rina juga tiada henti hentinya menasehatiku untuk kembali kesekolah, kembali seperti awal. Belajar menerima keadaan. Melupakan kesedihan , dan bergabung dengan teman teman sekolah.
Melihat ketelatenan dan keteguhan Rina, yang tiada henti hentinya memberiku spirit, dorongan, dia selalu ada disampingku, akhirnya membuat ku luluh juga… kucoba melangkah, walau tidak ada orangtua disampingku kuberusaha menatap hari esok dan Aku mulai sekolah , yang mana sebentar lagi mau kelulusan. Sedikit demi sedikit aku mulai bisa melupakan kesedihanku, aku berusaha menstabilkan hati, dan lapang dada atas semua yang terjadi. Orang orang disekitarku termasuk pakde dan budhe yang sudah kuanggap sebagai orangtuaku sendiri, yang mana pakde dan budhe juga sangat menyayangiku. Terlebih Rina, semakin hari perhatian yang dia berikan sangat ‘’extra’’, sampai sampai kadang aku malu pada diriku sendiri, orang orang yang melihat dianggapnya antara aku dan Rina ‘’ada apa apa’’, padahal selama kedekatan aku dan Rina tak lebih hanya sebuah teman, tali sahabat. Disetiap ngobrol pun, yang kami bicarakan adalah pelajaran, teman. Tak lebih dari itu.
Kuakui Rina adalah sosok wanita yang sangat dewasa sekali, padahal umur kami sama. Dia mampu menciptakan suasana beda, memberi warna.. ada saja perkataannya yang membuat suasana ramai. Dia pintar menghiburku dikala aku sedih. Aku sendiri belum berani mengartikan apa ini…yang jelas arti hadirnya Rina telah mampu memberi perubahan dalam hidupku, sangat berarti sekali. Setelah lulus sekolah, ada beberapa siswa yang dipilih untuk diajukan bekerja kesalahsatu perusahaan mobil yang ada dijakarta , yang mana perusahaan tersebut berpusat di jepang . termasuk aku salah satunya. Pakde dan budhe kuberitahu hal ini, luar biasa senangnya minta ampun, terlebih Rina, dia menyalamiku, dan memelukku spontan begitu saja. Nafasku berhenti seketika, baru pertama kali aku dipeluk oleh seorang wanita, dan pelukkan rina itu tiba tiba mengingatkan aku akan Almarhum Ibuku. Ahh.. Rina, hampir saja aku mau meneteskan airmata, tapi urung aku lakukan. Malu banyak orang.
Selama 3 bulan aku di Jakarta, bersama teman teman yang lain, dalam menghadapi test. Selama itu pula aku berjauhan dengan pakde, budhe dan Rina. Walau pun berjauhan, perhatian yang diberikan Rina, masih tetap sama seperti dikampung, dia tidak kurang kurangnya memberiku kabar, menyapaku lewat seluler. Hampir tiap jam aku dan dia smsan. Tetap saja membuat aku merasa ada yang kurang, setiap malam pun aku selalu membayangkan wajah manis Rina, terlebih senyumnya. Ada apa denganku ? yang jelas aku Gundah dengan rasaku. Aku jatuh cinta ? cinta pada Rina ? Ahh.. rasanya terlalu berlebihan. Selama kedekatanku dengan Rina, itupun tidak pernah menyinggung hal hal yang pribadi. Apa juga rina merasakan hal yang sama ? aku tidak peduli, selepas ini, aku akan mengatakan isi hatiku pada rina, dari pada menyiksa perasaan. Saya pun yakin jika Rina mencintaiku,
Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, test lulus, masa kerja selama 3 bulan juga lulus, dan dinyatakan terpilih untuk berangkat ke jepang. Jangan ditanya hatiku, senangnya luar biasa, bahagia sekali. Berkali kali aku ucapkan kata syukur. Sebelum berangkat ke jepang, aku dan teman teman, diberi waktu 1 minggu oleh perusahaan untuk pulang kekampung, untuk menyiapkan segalanya. Kesempatan ini tak ku sia siakan, aku akan ketemu Rina, sekalian mengatakan isi hatiku padanya.
Setiba ku dirumah, kehadiranku disambut oleh pakde, budhe dan keluarga yang lain penuh suka cita, mereka bahagia mendengar kabar baik ini. Dan malam harinya pakde, budhe menyiapkan acara syukuran dirumah. Aku tidak melihat Rina, rina tidak tampak, dimana dia ? apa dia tidak tahu aku pulang ? rasa rindu yang menggunung, membawaku melangkah menuju rumah rina. Setiba aku dirumah Rina, aku disambut oleh laki laki yang tidak aku kenal sebelumnya, siapa dia ? aku sempat gelisah, duduk diruang tamu, menunggu Rina untuk keluar. Rina semakin cantik, banyak yang berubah , padahal 3 bulan aku tidak ketemu dia. Seperti tidak terjadi apa apa, dengan entengnya Rina mengenalkan lelaki disebelah adalah suaminya !! oh Tuhan… apa lagi ini ? kutahan hatiku yang bergejolak, berusaha wajar didepan Rina, walau kakiku gemeteran hebat, dan pingin cepat cepat untuk pergi dari hadapan Rina. Apa selama ini arti kedekatanku dengan nya, sapanya, pegangannya, pelukkannya dan kata katanya. Apa ??? Rina sangat kejam, dia begitu pandai menyembunyikan ini semua dari aku. Apa aku yang terlalu bodoh menafsiri hadirnya Rina disisiku, disaat kini aku telah tegar, disaat aku mampu melupakan semua, bangkit dari kesedihan justru dia telah pergi meninggalkanku.
Rina melepasku, karena dianggapnya aku telah mampu. Padahal kali ini keadaan ku jauh sangat rapuh, dan terluka. Sungguh pahit kenyataan ini, sampai sampai aku sendiri tak sanggup untuk menghadapinya. Cobaan apalagi yang kau berikan padaku Tuhan ? orangtuaku sudah Kau ambil, kini pun orang yang aku sayangi telah berdua dengan orang lain., kenapa Kau tidak memberiku cobaan dalam bentuk yang lainnya Tuhan. Ataukah ini jalan yang Kau bentangkan untuk membentuk kedewasaanku ?
Rina hadir disaat tidak ada satu orangpun yang peduli padaku, dia hadir disaat ombak mendera hidupku. Dia memberiku kekuatan, menjadi tiang dan penyangga dalam hidupku. Rina sangat lembut menusukku. Toh, airmataku yang menganak sungai, meratapi luka yang menyapa, semua itu tak membuat orangtuaku akan hidup lagi, terlebih Rina akan kembali padaku.
Kebahagiaan bagiku tak lebih hanya fatamorgana, begitu indah dikhayalkan , namun tak sekalipun aku bisa merengkuhnya. Aku menyerah.. dan aku menerima dengan lapang takdirku. Hari hari yang kumiliki akan terus berjalan dan tidak akan berhenti begitu saja, untuk yang kesekian kalinya aku harus kuat lagi, dan berdiri sendiri.
Hingga kini aku berada di negeri Sakura, jepang. Semua kenangan kusimpan rapat dalam palung hatiku, kenangan kampung halamanku, kenangan akan Rina, tidak mudah untuk dilupakan tapi, akan kucoba. Mencoba untuk tidak mengingatnya lagi. Nikmatnya arti sebuah kehilangan, kekecewaan, kesedihan.. sempurna sudah kehilanganku..