Halaman

Search

04 Februari 2010

Mimpi Buruk Masih Membayangi Perjalanan TKW !


O1.
Derita TKW yang disiksa seakan tidak pernah berakhir. Baru-baru ini, 2 orang TKW dari Indramayu Jawa Barat dipulangkan oleh majikan dalam kondisi yang mengenaskan, akibat siksaan majikan.
Salah satu TKW yang menderita luka parah adalah Sarminah, tenaga kerja wanita asal Desa Majakerta Kecamatan Balongan Indramayu, Sarminah kini hanya terbaring lemah di ruang kelas 1 rumah RSUD Indramayu. Ia mengalami luka di sekujur anggota tubuh,  akibat siksaan dari sang majikan.

Selama 2,5 tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Fikri Abdul Latief dan Nahid Al Khaleeq Khalil,  di Kota Sarjah Abu Dhabi, Sarminah sering mengalami penyiksaan dari sang majikan, tanpa alasan yang jelas. Lebih-lebih jika pekerjaan yang dilakukan korban, tidak sesuai dengan harapan sang majikan.
"Saya sering disiksa, dipukul dengan apapun yang dipegang majikan saya. Kepala saya bahkan dipukul pakai besi. Saya juga perniah disterika" kenang Saraminah.
Sarminah terpaksa dijahit di kapala akibat siksaan itu. Bahkan, tangan, lengan, kaki, lutut dan punggungnya pun masih memar.
Salah satu TKW lain yang juga disiksa adalah Suliyah, TKW asal Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Indramayu.  TKW yang juga bekerja di majikan yang sama, harus dibawa pulang pihak keluarga dari perawatan di RS. Suliyah juga mengalami luka di sekujur tubuh, akibat siksaan dari sang majikan.
Keduanya kemudian diberangkatkan ke kota Sarjah Abu Dhabi, dan bekerja pada keluarga Fikri Abdul Latief dan Nahid Al Khaleeq Khalil . Namun selama 2,5 tahun bekerja / keduanya kerap mendapatkan siksaan dari sang majikan.
Selain menuntut sang majikan bertanggungjawab atas kondisi yang dialami, korban juga berharap agar pemerintah dan PJTKI yang memberangkatkan, ikut membantu agar keduanya mendapatkan hak-hak sebagaimana mestinya.

Meski gaji mereka dibayarkan, namun derita mereka tidak sebanding dengan siksaanyang mereka terima. (Adieb Ahsani)

02.


Sangat memperihatinkan dan mengerikan, gambaran itulah yang dialami Sutilah di negeri Jiran Malaysia. Pengalaman penyiksaan yang luar biasa biadabnya dari majikannya itu menyisakan trauma dan cacat tubuh yang permanen diterimanya. Sepertinya, dari waktu kewaktu perlakuan terhadap kaum miskin yang rela bekerja keras meninggalkan keluarganya untuk memperbaiki ekonomi keluarganya tidak ada perbaikan penanganan serta tidak menggugah hati para manusia kaya di negeri seberang untuk bersikap baik terhadap mereka, dan malah sebaliknya.

Bermula dari kesepakatan dan ijin suami untuk bisa bekerja di Malaysia guna bisa merubah nasib demi keluarga akhirnya 14 februari 2009 Sutilah berangkat ke negeri seberang Malaysia lewat PJTKI PT Arni famili bertempat di Kelurahan Langen Sari Ungaran Jawa Tengah,setiba di Malaysia Sutilah di pekerjakan sebagai pembantu rumah tangga dengan majikan bernama Eny.

Sutilah mulai beraktifitas dengan tugasnya sebagai pembantu rumah tangga tetapi sial yang dialami,pekerjaannya selalu salah dan sering mendapat cacian dari majikan.Dari cacian tersebut mengarah kepenyiksaan terhadap dirinya mulai dari di pukul,di iris kulitnya hingga di cabuti kukunya dan yang paling naas Sutilah harus bisa memuaskan hasrat sexual keluarga majikan sedangkan kalau tidak mau penyiksaan terjadi terhadap dirinya sewaktu-waktu.

Jelang 2 tahun Sutilah mengirim surat kepada Sumono suaminya,dalam surat tersebut Sutilah mengatakan kalau dirinya sering di siksa majikan dan di dalam surat tersebut Sutilah memohon kepada suaminya untuk bisa menelephon dirinya.Sumono pun langsung bergegas untuk menghubungi istrinya,saat di telephon Sutilah meminta kepada suaminya untuk mencarikan seorang Kyai untuk mendoakan dirinya agar sang majikan sadar dan berhenti untuk menyiksanya tetapi di tengah-tengah pembicaraan kontak terputus dan ada suara jeritan minta tolong dari Sutilah.

Dengan kabar seperti itu Somono merasa kebingungan tidak bisa berbuat apa-apa,selang 2 minggu kemudian Sumono kontak lagi kepada istrinya tetapi jawabannya Sutilah telah melarikan diri dari tempat kerjanya hingga di temukan seorang sopir bus di Kuala Lumpur dan kebetulan sopir bus tersebut berasal dari Surabaya hingga akhirnya sopir bus membawa Sutilah ke KBRI di Kuala Lumpur.

Pihak KBRI langsung memulangkan Sutilah ke Indonesia dan di serahkan ke salah satu rumah sakit di Jakarta untuk di rawat setelah mendapatkan perawatan beberapa hari akhirnya Sutilah Di bawa pulang ke Demak,setibanya di riumah keluarganya histeris melihat kondisi sutilah yang sangat memprihatinkan badan kurus dan perut buncit sehingga Sutilah langsung di bawa ke Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus selama 5 hari karena keluarga korban tidak kuat untuk membayar biaya Rumah Sakit akhirnya Sutilah di bawa keluarganya pindah ke RSUD Sunan Kalijaga Demak hingga sekarang tentunya memakai Jamkesmas.

Kasus Sutilah TKW yang menjadi korban kekerasan di Malaysia sampai sekarang belum mendapat perhatian dari Pemerintah,baik Pemerintah Kabupaten Demak,Propinsi maupun Pusat dan kondisi Sutilah saat ini masih mengenaskan dan rasa trauma yang di alami masih menghantuinya.Keluarga Sutilah saat ini memang sangat membutuhkan perhatian khusus baik materi maupun non materi karena keluarga ini sangatlah miskin.

Sumono suami korban mengungkapkan kepada B21 saat di RSUD Sunan Kalijaga Demak,” saya sangat bingung mas,kami miskin dan harus berbuat apa? saya mohon kepada Pemerintah baik Daerah maupun Pusat untuk bisa membantu dalam menangani masalah ini dan kami minta Pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan secara hukum kepada pelaku walau pelaku orang Malaysia,sampai sekarang Pemerintah seakan tutup mata dan masa bodoh dan perlu di ketahui Sutilah sama sekali belum pernah menerima gaji karena gajinya sudah di kirim ke PT.Erni Famili ini di ungkapkan oleh pihak majikan setelah saya menanyakan ke majikannya dia ,” ungkap bapak satu anak sambil menangis.

Kasus ini adalah kasus nasional dan pemerintah harus bertanggung jawab dengan permasalahan ini,katanya TKI sebuah pahlawan devisa bagi negara tetapi apa yang di perbuat,Pemerintah hanya mengambil keuntungannya saja sama sekali tidak peduli dengan TKI yang mendapat masalah dan tidak tahu menahu adanya kasus yang menimpa rakyatnya dan kami selaku aktifis akan coba membantu sebisanya untuk berkordinasi dengan instansi terkait untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut dan membantu korban beserta keluarga,” tegas Edy dari LSM.