Halaman

Search

25 Februari 2010

Membersihkan Kotoran Anjing, Terjatuh Lalu Pingsan ‘’Saya Takut Kerja di Hongkong, Orangnya Galak-galak’’

Nasib seseorang memang tidak bisa ditebak, maksud hati ingin merubah nasib agar lebih baik justru penderitaan yang di dapat. Seperti nasib yang menimpa Nining (23), buruh migran Indonesia (BMI) asal Lampung yang baru dua belas hari bekerja di daerah Saikung New Tetories Hong Kong. 

Ibu muda dari satu anak berumur tiga tahun ini menghela nafas panjang saat menceritakan kejadian yang menimpanya. Sambil terisak, Nining bercerita kepada Memo yang sengaja menemuinya pada Selasa (23/2) di agen yang menampungnya. Pada Januari lalu, pertama kalinya Nining menginjakkan kakinya di Hong Kong dan mulai bekerja di daerah Saikung. Tugas yang harus dikerjakan Nining adalah menjaga seekor anjing dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga pada umumnya. 
Pasangan suami istri yang dipanggilnya Sinsang dan Dhai-dhai (Tuan dan Nyonya) itu awalnya memperlakukan Nining dengan baik. Namun lama kelamaan sifat dhai-dhai mulai berubah, menurut Nining majikan perempuannya sangat galak dan tidak perhatian. Seperti kejadian yang menimpanya pada Jum'at (19/2) pagi sekitar pukul 8, Nining mengerjakan tugas seperti biasanya yaitu membuang kotoran anjing yang berada dilantai atas. Dengan keadaan tubuhnya yang lemas karena dua hari tidak makan, Nining berusaha menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Disaat membuka pintu, Nining merasa kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang lalu tidak sadarkan diri.

Kurang lebih selama satu jam Nining tidak sadarkan diri, dan tidak ada satu orangpun yang mengetahuinya. Majikan Nining pagi itu masih tertidur pulas dan biasanya terbangun pada jam 12 siang. Disaat tersadar, Nining mendapati dirinya terlentang di depan pintu dan merasakan tubuhnya lemas lunglai. Dengan keadaan yang memprihatinkan, Nining berusaha turun dari lantai atas menuju kamarnya yang berada dilantai bawah.

Mengetahui pembantunya belum keluar dari kamar, Sinsang (Tuan) bertanya pada Nining apakah dia sakit. Nining yang baru bekerja pada majikannya itu, masih belum bisa memahami bahasa Kantonis (bahasa China-Hong Kong) hanya bisa mengangguk. Lalu majikan laki-lakinya itu memberi sebutir pil pada Nining untuk pereda sakit kepala, dan Niningpun beranjak tidur.

Selama ditinggal majikan bekerja, Nining mengunci kamarnya dan tidak keluar rumah sama sekali. Sekitar pukul lima sore majikan pulang dan melihat keadaan rumah sepi bahkan tidak melihat pembantunya tersebut bekerja seperti biasanya. Kedua pasang suami istri tersebut panik, mendapati pintu kamar pembantunya masih terkunci rapat dan keadaan rumah mulai gelap. Di gedornya pintu kamar Nining berkali-kali, namun tetap tidak ada jawaban. Majikan lalu menelepon agen dan meminta tolong untuk datang kerumahnya. Satu jam kemudian agen datang dan mulai membujuk Nining agar mau membuka pintu kamarnya. Mendengar ada orang berbahasa Indonesia memanggil manggil namanya, Niningpun membuka pintu dan menangis sesenggukan. Agen berusaha menenangkan Nining yang terus menangis tersedu-sedu. Nining menceritakan semua kejadian yang menimpanya, lalu agen membawa Nining pulang ke agen."Pokoknya saya nggak mau bekerja lagi di Hong Kong lagi, orangnya jahat-jahat mbak..., saya takut sekali. Majikan saya galak dan bekerja apapun saya tidak ada benarnya. Nah ini lihat mbak, mata saya lebam-lebam kayak gini kok katanya pusing kepala, padahal saya kan terjatuh. Saya heran, kok saya nggak dibawa kedokter berobat, malah dikasih obat kayak panadol. Saya trauma mbak..., masak orang Hong Kong semua galak dan jahat?" ucap Nining dengan tersedu. (Adp)

Terpublikasi di Tabloid Memorandum- Surabaya # 137