Rupanya godaan nakal singsang sudah terbiasa bagi janda satu anak tersebut. Setiap majikan perempuannya berangkat ke kantor, Sisca sudah siap dengan aksi genitnya. Dengan berlagak membangunkan singsang, Sisca bertanya apakah perlu di buatkan sarapan pagi buat majikannya tersebut. Singsang yang memang tertarik dengan kemolekan tubuh pembantunya itu, semakin leluasa menggoda Sisca yang juga mempunyai perasaan aneh terhadap majikan yang dipanggilnya Leung Sang tersebut.
Hari selasa dan kamis adalah hari yang dinanti oleh Sisca, karena pada hari itu Singsang libur dari kerjanya. Benih cinta memang telah tertanam diantara Sisca dan majikan laki-laki setengah baya yang memiliki wajah tampan dan berperawakan tegap tersebut. Jalinan asmara dua sejoli itu rupanya sulit dipisahkan, perselingkuhan yang seharusnya tidak terjadi malah dibiarkan semakin menjadi.
Serapat-rapatnya menutupi bangkai pasti akan tercium juga, demikianlah pepatah mengatakan. Rupanya Leung dhai (nyonya/istri majikan) sudah mengetahui perselingkuhan yang dilakukan suami dan pembantunya tersebut. Karuan saja, nyonya menyuruh Sisca memberesi semua pakaiannya dan langsung di usir dari rumah majikannya.
Cinta memang buta tak memandang siapa yang di cinta, jalinan cinta antara majikan dan pembantu tersebut tetap terjalin walau Sisca sudah berganti majikan. Bahkan Sisca juga mendapat kabar dari majikan laki-laki yang juga kekasihnya itu, bahwa perceraian telah terjadi antara Leung Sang dan istrinya. Entah perasaan senang, sedih, bahagia atau perasaan apa yang dirasakan oleh Sisca saat ini, yang nyata Sisca telah menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga majikan tersebut. (Adp)
Terpublikasi di Tabloid Memorandum # 137