Halaman

Search

03 Februari 2010

Fenomena BMI-HK Mengisi Waktu Liburnya: Jualan Nasi, Tukang Urut dan Meminta Sedekah


''Nasi..nasi..kartu kartunya Mbak..''Iitu yang selalu diucapkan oleh Supriyanti (30) atau Yanti biasa dipanggil, BMI asal Blitar ini sudah 10 tahun berada di HK, semangat nya yang luar biasa, dalam mencari nafkah, Yanti tidak hanya mengandalkan gajinya tiap bulan, tapi juga dia ‘’nyambi’’ jualan disetiap waktu libur yaitu hari minggu. Padahal untuk nyambi jualan bagi BMI di HK, sungguh besar resikonya, jika ketahuan Pakde(Polisi Imigrasi) yang tiap minggu selalu beroperasi dikawasan Viktory Park. Bisa jadi urusannya dengan hukum, penjara dan dipulangkan ke Indonesia. Karena tidak sembarangan berjualan di HK, semua ada aturan mainnya.
Untuk bertemu dengan Yanti sangat mudah, Yanti selalu stand by didepan pintu masuk lapangan rumput victory.

‘’ ya nggak mesti seh mbak, kadang di bunderen, dibawah jembatan, atau didepan pintu MTR Causewaybay Exit E ‘’.

Dengan alasan yang sederhana Yanti melakukan ini semua karena biaya di kampung yang cukup besar, gaji tiap bulan HK$ 3580, dia rasa tidak cukup. ‘’ anak anak dirumah pada sekolah,yang no 1 dan ke dua, duduk dibangku STM dan SMP, jelas nggak cukup mbak, belum ditambah aku libur tiap minggu, tanggal merah, pinter pinter akunya mbak muter uang’’ ujarnya.

Tidak heran disetiap hari minggu, victory park ditumplek blek oleh buruh migrant, kesempatan itu dimanfaatkan oleh Yanti yanti yang lain, untuk mendapatkan hasil tambahan. Tidak hanya menjual nasi,kartu,minuman, ataupun plastic. Ada juga mbak mbak yang menawarkan jasa urut/pijat. Sumiatun, atau biasa dipanggil

, BMI asal Tulungagung ini, usia nya sudah senja, tapi, tenaganya tidak hanya dirumah majikan tenaganya dibutuhkan tapi, tenaga sumiatun ini pun benar benar dicari oleh sebagian BMI yang ingin tubuhnya dipijat.

Seperti yang memo lihat, disamping Toilet Umum Viktory, ma’tun biasa membuka ‘’praktek’’ nya, hanya dengan beralaskan tikar plastic dan selembar kain (jarit), para ‘’pasien’’ ma’tun sudah pada ngantri. Tidak lantas para BMI yang ingin diurut ma’tun itu harus buka baju semua, apa lagi itu adalah tempat umum ditambah kendaraan yang lalu lalang.

‘’ kalau bagian belakang dulu yang mau diurut, cukup bagian punggungnya aja yang dibuka, ta tutupi ama kain jarit ini mbak, nanti kalau bagian belakang da selesai, ditutup. Yang penting aurat tubuhnya nggak harus diliatin, khan malu banyak orang’’ ucap ma’tun menjelaskan.

Untuk tarif ma’tun tidak mematoknya, ‘’seikhlasnya mbak, biasanya pada ngasih 50-75 dollar perjamnya’’

Sama dengan alasan Yanti, ma’tun pun melakukan ‘’kerja tambahan’’ ini, untuk membantu biaya kuliah anaknya.

Menyusuri jalan lainnya, seperti didepan Toko Chandra causewaybay, atau sepanjang jalan menuju Konsulat Indonesia, memo pun melihat, sebagian dari organisasi Islam, pada berdiri tepat didepan toko untuk meminta sumbangan/sedakah seikhlasnya kepada BMI yang lalu lalang. ‘’kami tulus semata mata mencari ridha Allah, dengan niat membantu sesama mbak, sumbangan ini pada nantinya akan kami serahkan kesalah satu pondok pesantren, membantu santri santri dalam menempuh pendidikan, dan Yatim piatum di Jawa Timur. selain tujuan berdakwah, karena mbak mbak yang pada bersedekah, kami akan memberi buku kecil pengetahuan tentang Islam’’.

Sungguh, apa yang dilakukan oleh BMI diatas merupakan perbuatan yang sangat mulia! Ditanah perantauan tidak menghalangi gerak mereka untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, bagi individu, keluarga dan komunitasnya. Hidup BMI…!! (uly)

Terpublikasi di Tabloid MEMORANDUM-Surabaya