Halaman

Search

23 Februari 2010

Aku Dan Getaran yang Kurasakan


Assalamu’alaikum Sahabat,
aku ingin menyampaikan sebuah kisah tentang malam yang terasa sangat menakutkan, hingga aku tak bisa berbicara karena ketakutan.
Hari itu Sabtu tapi aku sudah lupa tepatnya tanggal berapa. Sore yang hangat membuat aku terus merasa tersenyum dan masih ingin berkumpul sama teman-teman sebayaku, seperti biasa untuk menghilangkan penatnya mata kuliah di kampus. Aku merasakan sesuatu yang sedang berbisik di telingaku, seperti angin yang berhembus sejenak lalu pergi menghilangkan jejak kesejukannya. Tidak kuhiraukan apapun yang terlintas di benakku.
Hari ini hariku, aku harus bisa tersenyum lagi! Begitu tekatku di sore itu
“Ja, malam ini kita jalan-jalan yuk!!” begitu kata teman yang seraya mengajakku, dengan senyuman manis yang menyimpan sejuta misteri yang sedikit mulai terlihat dari biasan matanya.
“Kemana?” kataku dengan sikap agak lugu. Yah, bagaimanapun aku mau pergi hilangkan beban yang mengganjal di kepalaku, walaupun badan terasa letih karena jadwal kuliah yang padat.
Karena semua teman-teman setuju untuk mengarungi malam, jadi kami sepakat kumpul di basecamp setelah shalat maghrib.
Aku merasa sangat senang seolah letih dari badanku hilang entah kemana, beban di kepalaku terasa seperti kapas yang menggantung, begitu tak terasa. Setelah berkumpul kami berangkat. Pertama kami singgah ke Cafe Flamboyan yang letaknya di Uleekareng, Banda Aceh. Makan, tertawa, bercanda sepuasnya, sungguh seperti yang aku harapkan. Hitungan detik terus berjalan, tak mau menunggu lama-lama lagi, tak sabar akan kenikmatan dan kegiarangan yang aku rasakan. Malam pun semakin larut dan hening, serayak sepi di jalan kota. Hawa dingin seakan menembus tulang-tulang lututku, aku tidak suka dingin. Setelah berlama-lama di kafe aku pun beranjak pergi dari tempat itu, dan aku mengira akan pulang karena malam sudah larut. Kembali aku merasakan hawa yang begitu menciutkan hati, lagi-lagi aku abaikan apa yang dibisikkan angin kepadaku lagi. Malam itu aku layaknya Batman yang mengarungi malam yang menyusuri semua tempat yang ada di Banda Aceh.
Tibalah di suatu tempat yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Aku merasakan keanehan dan kejanggalan, ketika memasuki gang dan lorong. Aku melihat sepasang remaja sedang bermesraan dalam kegelapan malam, seakan menghiraukan cahaya yang datang. Tersentak aku langsung aku beristighfar pada-Nya, aku belum pernah melihat pemandangan ini sebelumnya. Aku percaya kepada teman-temanku, aku berpikir mereka hanya menelusuri saja, tidak akan berhenti untuk istirahat di tempat itu. Setelah melewati beberapa gang, aku merasakan lagi hal aneh itu datang padaku, dan sekarang tidak dalam hembusan lagi tapi bagaikan martil yang mengetuk dadaku dengan sangat keras. Kali ini aku tambah bingung, apa ini cuma perasaan atau sebuah sentuhan larangan??? Tiba di gang sepuluh aku berhenti karena teman-temanku berhenti di situ, aku tidak mungkin lanjutkan perjalanan malamku karena aku sendiri tidak hapal jalan yang telah aku lalui. Di situ aku merasakan getaran yang amat luar biasa, tiba-tiba perasaanku ingin menangis, ingin marah, aku gemetaran sekan tubuh sedang didera demam tinggi. Teman-temanku tak satupun yang menghiraukan keadaanku, mereka sibuk dengan ponsel yang ada di tangan mereka, entah mau mengirim sms ke siapa aku sendiri tidak tahu. Makin lama aku merasakan getaran yang luar biasa, di malam yang begitu dingin aku berkeringat. Aku masih terdiam terpaku dalam suasana hening malam, tak tahu mau kemana dan hendak kemana, seakan di pikiranku hanya rumahku saja, aku ingin pulang. Dengan nada terbata-bata aku paksakan untuk mengeluarkan suara.
“Dimana kita?” tanyaku dengan kebingungan.
“Kita di tempat yang enak,” kata temanku sambil tertawa terbahak-bahak, kembali matanya memancarkan sinar yang menjanggal di pelupuk mataku. Kembali aku tidak dihiraukan teman-temanku.
Aku masih merasakan getaran hebat dalam hati, kali ini aku coba untuk menenangkan diriku dengan memainkan ponsel punyaku dan mencoba menelpon temanku yang lain, tetapi sayang aku kehabisan pulsa. Sekarang aku tambah bingung dengan kemunculan seorang wanita berpakaian seksi dan memanggil kami.
Kali ini aku tanyakan dengan nada yang tinggi, “Dimana kita?”
Salah seorang temanku menjawab, “Kita di tempat pelacuran.” Dengan nada lemah lembut dan enteng dia mengucapkan demikian.
Terpolongo aku di depan teman-teman, hati kecilku berteriak, bukankah ini tempat maksiat?? Bukan kah ini tempat yang dibenci Allah? Ya Allah ,bantulah hamba, hamba mau pulang, hamba takut azab-Mu, hamba tak kuasa menerima derita dari-Mu nanti.
Kebingungan aku dalam gelap dan dinginnya malam, pikiranku hanya terlintas aku harus pulang sekarang. Aku tinggalkan teman-temanku yang sedang tertawa ria dengan para PSK cantik di situ. Walupun aku harus berjalan kaki jauh, aku tetap harus pulang, aku tak sanggup menahan getaran dalam hatiku. Sejenak aku terpikir apakah getaran yang aku rasakan sewaktu senja sore adalah berita ini? Langsung aku cepatkan langkah untuk mencari mesjid terdekat untuk tunaikan shalat isya. Aku tidak pedulikan teman-temanku, mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk, toh mereka teman satu bangku pengajian denganku. Aku berharap Tuhan dapat mencerahkan hati-hati teman-temanku, dan memberi mereka petunjuk. Aku juga berterima kasih kepada Tuhan pencipta langit dan sang Penguasa Alam, yang masih memberikan untukku iman yang ada dan terus melekat di hati.
Alhamdulillah...

By : Razi